tag:blogger.com,1999:blog-57855467175548035252024-03-12T18:49:38.253-07:00info PULAU SERANGANKliping Internet - Blog 0440Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-32223243087535184272011-12-28T05:23:00.001-08:002011-12-28T05:27:56.212-08:00Peta Pulau Serangan (Kota Denpasar, Provinsi Bali)<iframe frameborder="0" height="350" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://maps.google.co.id/maps?hl=id&q=pulau+serangan&safe=active&ie=UTF8&hq=&hnear=Serangan&t=m&z=14&vpsrc=0&ll=-8.732254,115.233377&output=embed" width="425"></iframe><br />
<small><a href="http://maps.google.co.id/maps?hl=id&q=pulau+serangan&safe=active&ie=UTF8&hq=&hnear=Serangan&t=m&z=14&vpsrc=0&ll=-8.732254,115.233377&source=embed" style="color: blue; text-align: left;">Lihat Peta Lebih Besar</a></small><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-EytEruHfyBs/TvsYv354utI/AAAAAAAAAEc/wHWbMmzm76Y/s1600/peta2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://1.bp.blogspot.com/-EytEruHfyBs/TvsYv354utI/AAAAAAAAAEc/wHWbMmzm76Y/s400/peta2.jpg" width="248" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Peta Pulau Serangan dan Kota Denpasar</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Sumber :</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.denpasarkota.go.id/main.php?act=peta">http://www.denpasarkota.go.id/main.php?act=peta</a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-Cs_l1IxnQso/TvsZKqhcyLI/AAAAAAAAAEo/YAEE4l9ErX8/s1600/peta1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223" src="http://4.bp.blogspot.com/-Cs_l1IxnQso/TvsZKqhcyLI/AAAAAAAAAEo/YAEE4l9ErX8/s400/peta1.jpg" width="360" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Peta Kota Denpasar dan Pulau Bali</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Sumber :</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.denpasarkota.go.id/main.php?act=peta">http://www.denpasarkota.go.id/main.php?act=peta</a></div>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-87767082727272834812011-12-28T05:06:00.000-08:002011-12-28T05:06:00.213-08:00Pulau Serangan dan Asal UsulSerangan adalah sebuah pulau kecil yang terletak 5 km di sebelah selatan kota Denpasar, Bali. Pulau yang memiliki panjang maksimum 2,9 km dan lebar 1 km ini secara administratif termasuk wilayah Kota Denpasar, Bali.<br />
<br />
Kata Serangan sering disebutkan berasal dari kata “sira” dan “angen”. Dulu, dalam pelayaran yang melelahkan dari Makassar, para pelaut itu sering singgah di Serangan untuk mencari air minum. Setelah minum di sana, mereka pun akhirnya terkena pengaruh sira angen — merasa sayang atau kangen dengan Serangan. Sehingga, tak sedikit dari pelaut Bugis itu memutuskan menetap di sana. Selanjutnya, mereka pun membentuk pemukiman yang dikenal dengan Kampung Bugis dan beranak-pinak hingga saat ini.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Pura Sakenan<br />
<br />
Nama Pura Sakenan berasal dari kata sakya yang berarti menyatukan pikiran langsung kepada Tuhan.<br />
<br />
Menurut beberapa sumber, kelompok tempat suci di Serangan dibangun oleh Mpu Kuturan pada abad ke-12 dan sebagian lagi oleh Danghyang Nirartha pada abad ke-15. Rupanya, para orang suci itu membangun tempat suci karena juga merasa sira angen dengan keindahan alam yang natural dan vibrasi spiritual Serangan. Maka, dibangunlah di situ tempat suci yang memiliki kekhasan arsitektur mirip dengan Pura Luhur Uluwatu yang berlokasi di ujung selatan Pulau Bali.<br />
<br />
Dalam lontar “Usana Bali”, Pura Sakenan disebutkan dibangun oleh Mpu Kuturan (Mpu Rajakretha) pada masa pemerintahan Raja (suami istri) Masula-Masuli (Sri Dhana Dhirajalancana-Sri Dhana Dewiketu). Pada masa pemerintahannya di Bali (1178-1255), Raja Masula-Masuli banyak membangun tempat suci, di antaranya Pura Sakenan. Berdasarkan referensi itu, Pura Sakenan diperkirakan dibangun sekitar abad ke-12.<br />
<br />
Sementara itu, dalam “Dwijendra Tattwa” disebutkan bahwa Danghyang Nirartha di tempat suci ini sempat melakukan penyatuan pikiran dan diri dengan Tuhan. Dalam perjalanan suci mengelilingi pantai-pantai di Pulau Bali, beliau sempat menetap di Serangan. Di situlah beliau membangun Pura Dalem Sakenan. Berdasarkan perjalanan suci Danghyang Nirartha di Bali sekitar tahun 1489 (pemerintahan Dalem Waturenggong), maka diperkirakan Pura Dalem Sakenan itu dibangun pada abad ke-15.<br />
<br />
Kisah perjalanan Danghyang Nirartha ini akhirnya jadi tradisi masyarakat Hindu di seantero Bali di saat karya besar di Pura Dalem Sakenan yang bertepatan dengan Hari Raya Kuningan. Mengingat Pulau Serangan terpisah dari daratan Bali, para pamedek itu tangkil dari daratan Bali menuju Serangan dengan menaiki jukung. Saat air laut dalam kondisi surut, para pamedek harus siap berjalan kaki melewati semak belukar, menyisir hutan bakau yang panjangnya sekitar dua kilometer. Tradisi itu berlangsung dari masa ke masa.<br />
<br />
Namun, ketika proyek reklamasi “menjamah” Serangan, tradisi itu pun menghilang. Perubahan besar terjadi. Sebuah jembatan megah membentang di situ, menghubungkan daratan Bali dengan Pulau Serangan. Seiring dengan perubahan itu, tenggelam pula ritualitas budaya dan tradisi masyarakat Bali saat melakukan persembahyangan ke Pura Dalem Sakenan. Tak ada lagi iring-iringan jukung sarat pamedek dan sarana prasarana persembahyangan lainnya membelah kebiruan perairan Serangan.<br />
<br />
Kini, semua dilakukan serba pintas dan cepat. Jembatan penghubung itu membuat jukung tak lagi dilirik karena kendaraan roda dua dan empat bisa menjelajah Serangan dalam sekejap mata. Dan, seiring dengan reklamasi, menghilang pula predikat “Pulau Emas” dari Serangan. Pasalnya, reklamasi itu telah mengubah hamparan pasir kuning keemasan itu jadi hamparan kapur putih yang menyilaukan mata.<br />
<br />
Dikutip dari berbagai sumber, salah satunya : <br />
http://erycloting.wordpress.com/2008/03/08/pulau-serangan-bali/, dalam :<br />
<br />
Sumber :<br />
<a href="http://e-kuta.com/blog/objek-wisata/pulau-serangan.htm">http://e-kuta.com/blog/objek-wisata/pulau-serangan.htm</a>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-29104106214854136952011-12-28T04:53:00.000-08:002011-12-28T04:53:25.876-08:00Tongkol Asap Sambel Matah Khas Pulau SeranganBali memiliki aneka makanan tradisonal dengan cita rasa khas. Salah satunya adalah ikan tongkol asap ‘sambel matah’khas Pulau Serangan.Untuk bisa menikmati lezatnya ikan tongkol asap ‘sambel matah’ atau sambal mentah ini Anda harus pergi ke Pulau Serangan yang terletak di selatan Kota Denpasar. Di tempat ini terdapat belasan warung sederhana yang menyediakan menu tongkol asap ‘sambel matah’. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Proses pembuatan tongkol asap ini tak jauh berbeda dengan ikan bakar. Sebelum dipanggang dengan asap yang panas, bagian dalam atau jeroan ikan tongkol dibersihkan dan dicuci bersih terlebih dahulu.Setelah bersih, ikan tongkol kemudian dipanggang di atas asap yang panas hingga matang. Agar bisa matang dengan sempurna, perlu waktu sekitar 20 hingga 30 menit tergantung besar ikan yang diasap.Setelah tongkol matang diasap, proses pembuatan ‘sambel matah’ atau sambal mentah khas Pulau Serangan pun dimulai. Sambel dengan cita rasa pedas ini terbuat dari campuran bawang,cabai,daun sereh(serai), terasi, jeruk limau, dan minyak kelapa asli. <br />
<br />
Ikan tongkol asap yang sudah matang kemudian disajikan bersama nasi putih panas, sambel matah, dan aneka jenis minuman sesuai selera.“Rasa ikannya gurih dan dijamin bebas zat kimia karena hasil tangkapan nelayan di sini (Serangan). Rasa sambelnya juga pedas dan cocok sekali sama ikannya,” kata salah seorang pelanggan, Made Suwena. <br />
<br />
Di hari biasa, pedagang tongkol asap rata-rata bisa menjual 20 ekor tongkol asap per hari dengan harga 10 ribu hingga 15 ribu rupiah per ekor.“Biasanya jam pulang kantor mulai ramai di sini pak. Kalo di hari libur atau akhir pekan, tongkol asap yang bisa dijual meningkat dua hingga tiga kali lipat,” kata salah seorang pedagang tongkol asap, Wayan Nita.Jadi jika Anda sedang berlibur ke Bali, tak ada salahnya mampir ke Pulau Serangan dan mencoba tongkol asap \'sambel matah\' ini.<br />
<br />
<br />
Sumber :<br />
ource by www.pakdemanbull.co.cc, dalam :<br />
<a href="http://www.balivillarupiah.com/info-bali-general/tongkol_asap.html">http://www.balivillarupiah.com/info-bali-general/tongkol_asap.html</a>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-37437871131818481922011-12-28T04:44:00.000-08:002011-12-28T04:44:15.024-08:00Sampah Hambat Pengembangan Pulau SeranganDenpasar, Kompas - Pulau Serangan, Denpasar, memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi pusat wisata konservasi alam utama di Bali. Namun, banyak hal yang masih perlu dibenahi terutama masalah buruknya penanganan sampah.<br />
<br />
Potensi yang dimiliki Pulau Serangan itu antara lain adanya wadah konservasi, seperti Pusat Konservasi dan Pendidikan Penyu dan pusat penanaman terumbu karang yang dilakukan kelompok nelayan Karya Segara. Ketua kelompok nelayan Karya Segara, I Wayan Patut, bahkan pernah mendapat kalpataru kategori penyelamat lingkungan pada tahun 2011 ini.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Jumat (25/11), di Denpasar, mengatakan, potensi ini dapat dikembangkan melalui acara Pesona Pulau Serangan pada 25-27 November 2011. Acara ini lebih banyak diisi berbagai kegiatan konservasi, seperti melepas tukik (anak penyu), menanam terumbu karang, dan menanam mangrove. ”Saya perlu mengingatkan bahwa konservasi tak hanya masalah penyu, tapi juga sampah,” kata Ida Bagus Rai.<br />
<br />
Pulau Serangan terletak di sebelah selatan Kota Denpasar, Bali. Saat ini, pulau kecil tersebut dihuni sebanyak 800 keluarga yang terdiri dari sekitar 4.000 jiwa, yang mayoritas bekerja sebagai nelayan.<br />
<br />
Pulau ini mudah dijangkau melalui jalan darat karena tersedia jembatan. Jarak dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Kuta, Kabupaten Badung, menuju Pulau Serangan sekitar 18 kilometer dan dapat ditempuh selama sekitar 30 menit.<br />
<br />
Dari pengamatan Kompas, di beberapa tempat di Pulau Serangan masih dijumpai sampah yang berserakan. Sampah itu terutama berupa plastik, bekas kemasan makanan, atau bekas bungkus rokok. Sampah itu juga sering terlihat di antara tanaman bakau di tepi pulau tersebut.<br />
<br />
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Serangan, Wayan Bagi, mengakui warga belum cukup sadar memperhatikan kebersihan. ”Itu menjadi kendala bagi kami, tapi kami terus berusaha mengatasinya,” katanya.<br />
<br />
Wayan Patut juga mengatakan bahwa penanganan sampah yang baik dan pembangunan infrastruktur perlu dilakukan untuk mengembangkan Pulau Serangan. “Jika bersih dan infrastruktur baik, wisatawan akan datang lebih banyak lagi,” katanya.<br />
<br />
Menurut Patut, saat ini jumlah wisatawan yang datang ke Pulau Serangan sebanyak 600 orang per bulan, dan sebagian besar di antaranya merupakan wisatawan dari China. Namun, Patut menilai jumlah itu masih sedikit dan seharusnya pengunjung minimal berkisar 1.000-1.500 orang per bulan. (DEN)<br />
<br />
Sumber :<br />
<br />
Kompas - 26 November 2011, dalam :<br />
<a href="http://digilib-ampl.net/detail/detail.php?row=&tp=kliping&ktg=sampahluar&kode=12095">http://digilib-ampl.net/detail/detail.php?row=&tp=kliping&ktg=sampahluar&kode=12095</a>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-17106015675563892602011-12-28T04:42:00.001-08:002011-12-28T04:42:53.924-08:00Pulau Serangan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-Vu7bLPCSalY/TvsOouJGOHI/AAAAAAAAAEE/1OXVxYE8qt8/s1600/pulau%2Bserangan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="270" src="http://2.bp.blogspot.com/-Vu7bLPCSalY/TvsOouJGOHI/AAAAAAAAAEE/1OXVxYE8qt8/s400/pulau%2Bserangan.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Sumber :</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.indonesiahai.com/wisata/kontent/Pulau-Serangan-Bali">http://www.indonesiahai.com/wisata/kontent/Pulau-Serangan-Bali</a></div>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-2228131471887988332011-12-28T04:38:00.001-08:002011-12-28T04:38:30.428-08:00Konservasi Penyu di Pulau Serangan Bali<iframe width="420" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/Odjo5BLECNo?rel=0" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-24157945519835615652011-12-28T04:34:00.000-08:002011-12-28T04:34:56.248-08:00Pesona Pulau Serangan DigelarSerangan, DenPost<br />
Pesona Pulau Serangan yang digelar untuk ketiga kalinya (25-27 November 2011), telah banyak memberikan imbas positif terhadap masyarakat di daerah itu. Tak dipungkiri, Pulau Serangan kini makin dikenal wisatawan mancanegara dan konservasi biota bawah laut pun banyak mendapatkan dukungan. Hal tersebut dikatakan Ketua Kelompok Nelayan Karya Segara, Wayan Patut, Rabu (23/11) kemarin.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Menurutnya, sejak awal digelarnya Pesona Pulau Serangan, sedikitnya ada 400 orang wisatawan asal Cina berkunjung ke pulau yang berada di wilyah Kecamatan Denpasar Selatan itu. Jumlah tersebut belum termasuk wisatawan domestik dan mancanagera lainnya. ''Wisatawan Cina ini sangat tertarik dengan coral transplantasi (pencangkokan terumbu karang) yang ada di perairan Pulau Serangan ini,'' ungkapnya.<br />
<br />
<br />
Dalam even Pesona Pulau Serangan, kata dia, Pemerintah Kota Denpasar tidak hanya mengangkat kuliner, seni, dan budaya setempat (lokal), namun juga kebersihan lingkungan dan pelestarian biota bawah laut. Terhadap hal itu, masyarakat Serangan sangat antusias. Karena selama ini langkah masyarakat Serangan dalam melestarikan dan mengembangkan terumbu karang juga mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kota Denpasar.<br />
<br />
''Kini upaya masyarakat Serangan dalam melestarikan biota bawah laut tidak sendiri lagi, karena Pemerintah Kota Denpasar juga meresponnya. Bahkan masyarakat luar, termasuk wisatawan yang mengetahui hal itu, sekarang ikut serta dalam melestarikan dan mengembangkan terumbu karang,'' paparnya.<br />
Di samping itu, Pulau Serangan sekarang juga dikenal sebagai objek wisata bahari. Tidak sedikit wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Serangan melakukan aktivitas diving, snorkeling, dan serving. Belakangan ini perairan di Pulau Serangan juga dijadikan objek memancing.<br />
<br />
''Seiring dengan makin dikenalnya Pulau Serangan sebagai obyek wisata, para nelayan saat ini tidak hanya menangkap ikan, namun juga memiliki aktivitas mengantarkan wisatawan dalam menikmati suasana laut,'' pungkasnya.<br />
<br />
Seperti diketahui, even Pesona Pulau Serangan diposisikan sebagai Serangan Island Green Festival 2011, hendak memetakan potensi Pulau Serangan, untuk menunjang perekonomian berkelanjutan bagi masyarakat setempat. Acara tersebut digagas Pemerintah Kota Denpasar bersama masyarakat Kelurahan Serangan dengan didukung komunitas dan masyarakat Kota Denpasar.<br />
<br />
Pesona Pulau Serangan kali ini mengambil tema penguatan aktivasi potensi Pulau Serangan dari tiga sisi, yakni ekologi (lingkungan), edukasi (pendidikan) dan ekonomi (potensi kreativitas masyarakat Serangan). (111/*)<br />
<br />
Sumber :<br />
Adi Sudianggara, 24 Nov 2011<br />
<a href="http://denpostnews.com/index.php/2011-10-30-16-50-49/349-pesona-pulau-serangan-digelar-kunjungan-wisatawan-kian-meningkat">http://denpostnews.com/index.php/2011-10-30-16-50-49/349-pesona-pulau-serangan-digelar-kunjungan-wisatawan-kian-meningkat</a>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-55579171896101104472011-12-28T04:32:00.000-08:002011-12-28T04:32:20.761-08:00Pencemaran Minyak Pulau Serangan MisteriDenpasar (denpasarkota.go.id), Pencemaran air laut di kawasan perairan Pulau Serangan Denpasar Selatan hingga saat ini belum diketahui sumbernya. Dugaan sementara pencemaran minyak atau oli itu bersumber dari banyaknya kapal-kapal yang lalu lalang di sekitar perairan Benoa dan Pulau Serangan. Hal tersebut terungkap dalam pertemuan antara Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar A.A Bagus Sudarsana dengan GM PT Pelindo Wilayah III Benoa Bambang Priyanto dan jajarannya di Pelabuhan Benoa, Selasa (28/9).<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Pertemuan itu dimaksudkan untuk meminta penjelasan PT Pelindo dan Jajarannya karena Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar sebelumnya menduga pencemaran tersebut disebabkan oleh minyak/oli. Mengingat pencemaran itu merugikan para petani rumput laut di kawasan Pulau Serangan hingga menyebabkan ratusan petani tidak bisa bekerja lagi. Dengan mendapatkan penjelasan sumber pencemaran diharapkan masalah tersebut bisa ditanggulangi secara cepat dan tepat.<br />
<br />
Menanggapi hal tersebut General Manager PT. Pelindo Wilayah III Tanjung Benoa Bambang Priyanto berjanji segera turun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan, walau selama ini pihaknya sudah sering melakukan inspeksi, namun belum pernah menemukan sumber pencemaran. Mengantisipasi hal ini kedepan inspeksi serupa harus terus dilakukan secara berkelanjutan. ‘agar para nelayan tidak membuang oli bekas ke laut pihaknya sudah menyediakan tempat penampungan,’ kata Bambang. Begitu pula bagi nelayan yang membawa cadangan BBM saat melaut sudah sering diingatkan saat mengisi bahan bakar agar berhati-hati jangan sampai tumpah. Menanggulangi pencemaran di kawasan tersebut yang hingga saat ini sumbernya masih misteri baik PT Pelindo III, Adpel Benoa dan Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar perlu lebih memantapkan koordinasi. (Pur)<br />
<br />
Sumber : http://denpasarkota.go.id/main.php?act=news&kd=6361, dalam :<br />
<br />
<a href="http://tanjungbenoa.us/blog/pencemaran-minyak-pulau-serangan-misteri/">http://tanjungbenoa.us/blog/pencemaran-minyak-pulau-serangan-misteri/</a>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-59656801733399643742011-12-28T04:31:00.000-08:002011-12-28T04:31:28.395-08:00Wisata Tanam Terumbu Karang di Pulau SeranganLiputan6.com, Denpasar: Selain menikmati keindahan alam dan seni budaya, wisatawan yang datang ke Pulau Dewata juga bisa ikut ambil bagian dalam upaya konservasi lingkungan. Salah satunya adalah pelestarian terumbu karang yang kini dikemas dalam sebuah paket wisata.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Paket wisata unik ini diikuti puluhan wisatawan. Biayanya Rp 50 ribu untuk satu stek terumbu karang. Terumbu karang dapat ditulisi nama wisatawan dengan menambah biaya. "Saya sangat menyukai program ini," kata Joan, seorang wisatawan asing.<br />
<br />
Pun demikian dengan wisatawan asing lainnya. "Kita melakukan sesuatu yang berbeda dan spesial untuk lingkungan," kata Chong Chee Kong. Paket wisata ini biasanya diawali dengan upacara ruwatan segara atau pembersihan bumi.<br />
<br />
Kelompok nelayan di Pulau Serangan sudah berhasil menanam ribuan terumbu karang di lahan 1,5 hektare dari target 10 hektar. Sebelumnya lima hektare terumbu karang di Pulau Serangan hancur akibat reklamasi. Rehabilitasi terumbu karang diperkirakan memakan waktu 20 tahun.<br />
<br />
<br />
Sumber :<br />
Putu Setiawan, 1 Mei 2011<br />
<a href="http://gayahidup.liputan6.com/read/332216/wisata-tanam-terumbu-karang-di-pulau-serangan">http://gayahidup.liputan6.com/read/332216/wisata-tanam-terumbu-karang-di-pulau-serangan</a>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-86907146012220631082011-12-28T04:26:00.001-08:002011-12-28T04:26:51.634-08:00Desa Serangan, Pulau Penyu Di BaliDesa Serangan adalah sebuah desa kecil yang terletak di sebelah selatan Pulau Bali, dimana Desa ini dulunya adalah sebuah pulau namun dengan adanya reklamasi, maka pulau ini menyatu dengan pulau Bali.<br />
<br />
Menurut cerita orang tua dahulu bahwa munculnya pulau Serangan di awali dari sebuah desa tertimpa suatu musibah, dimana penduduknya habis ditelan oleh burung Garuda, namun yang terakhir tidak bisa ditelan atau dimuntahkan. Lalu burung itu terbang tidak menentu arah tujuannya, hingga sampailah burung Garuda itu di teluk selatan. Di situlah burung Garuda merendam badannya sambil mengais-ngaiskan kakinya sehingga tanah bermunculan sehingga membentuk suatu daratan yang sekarang di kenal dengan pulau Serangan.<br />
<a name='more'></a> <br />
<br />
Ditempat inilah burung Garuda memuntahkan manusia terakhir yang tidak dapat ditelannya, manusia ini di sebut Si Utah Garuda. Setelah SI Utah Garuda keluar dari mulut Garuda, lalu burung itu berkata, “Hai kamu adalah orang ksatria utama, semoga kamu bisa hidup bahagia di pulau ini”. semenjak itu Si Utah Garuda menetap di daratan ini. Para nelayan yang biasa mencari ikan di tempat itu merasa heran, dengan keberadaan baru itu yang di huni oleh seseorang. Mereka bertanya kepada Si Utah Garuda, mengapa dia berada di daratan ini dan Si Utah Garuda menjawab dia juga tidak tahu mengapa dia berada disini, dia hanya tahu dia dimuntahkan oleh seekor Burung Garuda. Mendengar hal itu, nelayan merasa kasihan dan memberikan bekal mereka pada Si Utah Garuda, bahkan mereka ingin mengajak tinggal di tempat mereka, namun Si Utah Garuda tidak mau, dia bersikeras ingin tinggal di daratan tersebut.<br />
<br />
Para nelayan yang datang ke tempat itu berkaul kepadanya, seandainya mereka mendapatkan ikan yang banyak bahwa mereka akan membawakan Si Utah Garuda sekedar makanan dan ada pula yang akan membuatkan tempat berteduh. Ternyata semua permintaan para nelayan terkabul. Mereka mendapatkan banyak ikan, semenjak itu berita mengenai Si Utah Garuda tersebar dimana-mana sementara itu banyak orang datang untuk membuat pondok dan menetap di tempat itu. Begitu banyaknya orang datang dan berkaul kepadanya, di buatkan sebuah pelinggih disebelah pondok untuk di pujanya. Dengan keberadaan Si Utah Garuda dan orang-orang yang menetap di sana maka mereka membentuk satu sistem kemasyarakatan yang mempunyai aturan-aturan tersendiri yang sampai sekarang di sebut Desa Adat Serangan.Istilah Serangan berasal dari kata “Sira-Angen” yang dalam bahasa Bali berarti “sire sane nenten kelangen” artinya “siapa yang tidak kasihan”. Ini berawal dari keberadaan Si Utah Garuda di daratan yang membuat orang-orang kasihan kepadanya, maka daratan/tempat tersebut di beri nama Serangan. Demikian secara singkat mengenai sejarah Desa Serangan (Sumber Pemangku Pura Cemara Desa Serangan, I Ketut Rampun)<br />
<br />
Serangan sebagai objek dan daya tarik wisata berlokasi di Desa/Kelurahan Serangan,Kota Denpasar,Propinsi Bali yang luasnya 101 hektar (namun dengan diadakan reklamasi pantai Serangan,kini luas Desa tersebut 365 hektar) dan mempunyai tinggi 3 meter dari permukaan laut. Mengingat desa ini terletak di daerah pantai maka akan mempengaruhi suhu udaranya, yang rata-rata panas. Jarak Desa Serangan menuju pusat pemerintahan kecamatan sejauh 4,5 km dan 20,5km menuju Kabupaten (Badung).<br />
<br />
Secara geografis batas-batas wilayah Desa Serangan adalah: sebelah utara: Desa Sanur Kauh, sebelah selatan: Kelurahan Tanjung Benoa, sebelah barat: Kelurahan pedungan, sebelah timur: selat Badung. Secara administrasi Desa Serangan terdiri dari enam banjar adat Hindu, dan satu adat Kampung Bugis (Islam), yakni: Banjar Dukuh, Banjar Peken, Banjar Kawan, Banjar Tengah, Banjar Kaja, Banjar Pojok, Banjar Bugis.<br />
<br />
Berdasarkan data monografi Desa Serangan sampai akhir tahun 2002, jumlah penduduk penduduknya mencapai 3.261 orang, yang terdiri dari 1.558 orang laki-laki, dan 1.703 orang perempuan. Keseluruhan jumlah penduduk tersebut berprofesi sebagai nelayan. Mengingat daerah ini adalah daerah pesisir, makanya penghasilan daerah ini dari hasil laut.<br />
<br />
Adapun fasilitas (sarana dan prasarana) yang ada di Desa Serangan dapat dikatakan belum memadai seperti belum adanya sarana akomodasi seperti: penginapan,hotel,bungalow dan lain-lain, mengingat desa ini baru dikembangkan dalam beberapa tahun ini dan saat ini masih dalam proses pengembangan kearah yang lebih maju.<br />
<br />
Fasilitas yang sudah ada yakni: (a) Jalan.Keadaan jalan di desa ini sudah lebih lebih baik dari sebelumnya. Sebagian jalan sudah di aspal dan dapat di tempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Adanya penerangan di sepanjang jalan pada malam hari semakin mempermudah orang-orang yang melalui jalan di Desa Serangan.(b). Restoran (Kafe). Di desa ini terdapat tujuh restoran (kafe) yang lokasinya berdampingan yaitu di sebelah tenggara agak jauh dari pemukiman penduduk. (c). Alat komunikasi. Terdapat dua buah wartel dan tiga buah telpon umum yang di tempatkan di kantor Lurah, pasar dan di kantor KUD. Walaupun sebelumnya terdapat lebih dari tiga telpon umum, namun karena adanya kerusakan atau kurang adanya perawatan maka saat ini hanya ada tiga telpon umum. Dengan adanya alat komunikasi ini maka akan membantu mempermudah masyarakat melakukan komunikasi jarak jauh, namun sampai saat ini belum ada kantor pos.(d). Puskesmas Pembantu. Puskesmas di desa menempatkan dua orang perawat untuk membantu masyarakat untuk berobat. Bangunan, serta fasilitas lainnya mendapat subsidi dari pemerintah. (e). Tempat Ibadah. Terdapat 18 pura dan 1 mesjid yang terdapat di perkampungan Bugis. Karena sangat minim penduduk beragama Kristen dan Budha maka belum ada Gereja dan Wihara di sana. (f). Tempat memancing. Desa Serangan sangat cocok untuk tempat memancing karena memiliki lautan dan pantai yang cukup luas dan tentu dengan hasil laut yang berlimpah. (g). Lain-lain. Sekolah-sekolah sudah cukup bagus, sebagian besar gedung-gedungnya sudah di renovasi dan di berikan fasilitas yang lebih memadai seperti sarana lampu di kelas-kelas dan sekitarnya, air PAM dan dan listrik cukup lancar sehingga penduduk tidak kesulitan akan kebutuhan air dan listrik.?<br />
<br />
Sumber :<br />
<a href="http://wisata-bali.com/obyek-wisata-bali/677/desa-serangan/">http://wisata-bali.com/obyek-wisata-bali/677/desa-serangan/</a>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-59734260004122311402011-12-28T04:23:00.000-08:002011-12-28T04:23:20.713-08:00Jalan Tol Pulau Serangan - Tanjung Benoa Segera DibangunTEMPO Interaktif, JAKARTA - PT Jasa Marga Tbk siap memulai pembangunan jalan tol yang menghubungkan Pulau Serangan dengan Tanjung Benoa di Bali.<br />
<br />
Menurut Direktur Utama PT Jasa Marga Frans Setiyaki Sunito, proposal pembangunan jalan tol tersebut sudah selesai disusun dan diserahkan kepada pemerintah. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
"Sudah kami serahkan kepada Direktorat Jenderal Bina Marga. Tunggu saja prosesnya," kata Frans di sela rapat dengar pendapat dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Senin (28/3).<br />
<br />
Frans mengatakan jalan tol sepanjang kurang lebih 10 kilometer itu memerlukan investasi senilai Rp 2,3 triliun.<br />
<br />
Frans optimistis proses pembangunannya tidak akan memakan waktu lama karena jalan tol tersebut sepenuhnya melintas di atas laut, sehingga tidak ada proses pembebasan lahan yang harus dilakukan.<br />
<br />
Selain itu, PT Jasa Marga bekerjasama dengan PT Pelindo III, PT Angkasa Pura I, dan Bali Tourism Development Coorporation (BTDC), yang diharapkan ikut mendorong percepatan pembangunan.<br />
<br />
Jalan tol tersebut, kata Frans, akan berawal di daerah wisata Nusa Dua dan melalui Bandara Ngurah Rai.<br />
<br />
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Joko Maryanto mengatakan, jalan tol tersebut diharapkan bisa selesai dan mulai dioperasikan tahun 2013, yakni sebelum konferensi APEC di Bali berlangsung. "Sekarang sedang dilakukan studi kelayakan dan analisis dampak lingkungan," ujarnya.<br />
<br />
Jalan tol satu seksi tersebut diperkirakan mulai dibangun tahun depan. Investor yang membangun akan memperoleh konsesi pengelolaan selama 50 tahun. KARTIKA CANDRA.<br />
<br />
<br />
Sumber :<br />
<a href="http://www.tempo.co/read/news/2011/03/28/090323354/Jalan-Tol-Pulau-Serangan---Tanjung-Benoa-Segera-Dibangun">http://www.tempo.co/read/news/2011/03/28/090323354/Jalan-Tol-Pulau-Serangan---Tanjung-Benoa-Segera-Dibangun</a>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-20497194097807137312011-12-28T04:17:00.001-08:002011-12-28T04:17:46.180-08:00Menteri Lingkungan Hidup Melakukan Penghikauan Di Pulau SeranganPesatnya pembangunan disegala bidang telah membawa kemajuan bagi kehidupan masyarakat Indonesia baik dari segi ekonomi, sosial, pendidikan maupun budaya. Disisi lain pembangunan itu telah membawa dampak perubahan kondisi lingkungan pada penurunan kualitasnya. Ini mencerminkan kurang seimbangnya antara pembangunan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup.<br />
<a name='more'></a> <br />
<br />
Padahal keberlanjutan eklogis merupakan faktor mendasar bagi keberlanjutan pembangunan dengan mengutamakan aspek kelestarian lingkungan. Salah satu karakteristik utama pembangunan berkelanjutan adalah tekanan pada pentingnya dimensi antargenerasi dalam setiap pemanfaatan sumber daya alam dan ekosistemnya. Aktivitas pembangunan yang bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam tidak boleh menghilangkan peluang-peluang bagi generasi mendatang untuk secara adil menikmati berbagai manfaat dari kekayaan alam. Jangan sampai kondisi lingkungan yang carut marut dibiarkan saja tanpa upaya perbaikan.<br />
<br />
Belakangan ini banyak terjadi kerusakan alam di Indonesia akibat perkembangan pembangunan. "Untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan alam lebih parah, saya harapkan kita dapat menggantikan tanaman yang rusak melalui penghijauan," ujar Rachmat Witoelar dalam sebuah sambutannya pada kegiatan penghijauan di pulau Serangan Bali.(Jumat, 13/2). Dihadapan ratusan anak-anak SD, SMP, masyarakat setempat Serangan serta pejabat lainnya, dengan santai penuh keakraban, menteri melakukan tanya jawab seputar kondisi lingkungan belakangan ini termasuk Bali. Hujan deras yang sempat mengguyur bumi Serangan pagi itu tidak mengurangi semangat warga untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilanjutkan dengan penanaman pohon penghijauan ini. Sebelum rombongan Menteri tiba dilokasi, masyarakat setempat, anak-anak sekolah serta ratusan pegawai dilingkungan Pemkot Denpasar telah melakukan penanaman mangrove. <br />
<br />
Disela-sela penanaman pohon, Menteri LH yang juga didampingi Kepala Pusat PLH Regional Bali dan Nusra mendapat pertanyaan wartawan seputar polemik pembangunan di Danau Buyan, belahan utara Bali.<br />
<br />
Menteri Lingkungan Hidup yang kedatangannya ke Bali didampingi Ibu Rachmat Witoelar serta beberapa pejabat dilingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup ini dalam rangka menghadiri Serangkaian HUT ke-17 Kota Denpasar. Acara yang dipusatkan di pulau Serangan ini juga dihadiri Wali Kota Denpasar serta pejabat teras setempat dilingkungan Pemkot Denpasar. Kegiatan ini juga dikaitkan dengan Pencanangan Gerakan Bakti Penghijauan Pemuda (GBPP) dan Konservasi Alam Nasional (PPKAN). Berdasarkan laporan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar A.A. Bagus Sudharsana kegiatan ini sebagai agenda penghijauan di Kota Denpasar dalam rangka mengantisipasi kondisi lingkungan yang terjadi dewasa ini. Pohon yang ditanam sebanyak 500 pohon di pesisir pantai dan sekitarnya. Dari Serangan Denpasar, rombongan Menteri kemudian melanjutkan kegiatan di Tanah Lot, juga untuk melakukan penghijauan, serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh GAPENSI Provinsi Bali.<br />
<br />
Sumber :<br />
<a href="http://wwwnew.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=3532:MENTERI-LINGKUNGAN-HIDUP-MELAKUKAN-PENGHIJAUAN-DI-PULAU-SERANGAN---BALI&catid=43:berita&Itemid=73&lang=id">http://wwwnew.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=3532:MENTERI-LINGKUNGAN-HIDUP-MELAKUKAN-PENGHIJAUAN-DI-PULAU-SERANGAN---BALI&catid=43:berita&Itemid=73&lang=id</a>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-11990778359626305722011-12-28T04:16:00.000-08:002011-12-28T04:16:06.341-08:00Dampak Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Desa SeranganOleh: I Nengah Subadra<br />
<br />
Dengan memperhatikan sederetan dari pendekatan teoritis tentang dampak dari kegiatan pariwisata, khususnya yang didasari atas tinjauan perencanaan dan beberapa disiplin lainnya, dimana pembahasan dampak yang meliputi dampak fisik, ekonomi dan sosial budaya maka perlu dilihat implementasi dari teori tersebut di suatu daerah tujuan wisata yang ada di Bali yaitu di desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Bali yang menjadi barometer pariwisata Indonesia tidak pernah luput dari dinamika sebagai bagian yang harus dihadapi sebagai kenyataan. munculnya mekanisme pengendalian perkembangan pariwisata yang lebih rapid an berencana sebagaimana yang dikenal dengan Sceto Plan yang awalnya ingin menempatkan atau memposisikan pariwisata Bali dengan antisipasi secara baik terhadap beberapa dampak yang memungkinkan terjadi di masa mendatang. Model Sceto Plan ini terbukti dapat menekan kesemerawutan perkembangan pariwisata Bali, khususnya pada wilayah yang direncanakan dalam model tersebut.<br />
<br />
Desa Serangan sebagai salah satu obyek pariwisata di Bali tak luput dari perhatian banyak pihak terutama yang berniat untuk mengembangkan pariwisata dengan melihat potensi yang dimiliki desa Serangan. Jika dilihat secara fisik, sebelum adanya proyek pengembangan pulau Serangan, luas keseluruhan pulau serangan adalah seluas awalnya adalah 112 hektar Sejak adanya proyek pengembangan pulau Serangan oleh PT. Bali Turtle Island Development (BTID) maka ada perubahan yang sangat jelas yang terjadi pada bentuk pulau Serangan tersebut Hal ini disebabkan adanya penambahan luas daratan melalui reklamasi sebanyak 379 hektar sehingga luas seluruhnya setelah direklamasi menjadi 491 hektar (Lemlit Unud, 1995). Proyek yang dibangun dengan mega proyek dan investasi yang menelan biaya ratusan milyard tersebut telah merubah wajah pulau kecil tersebut dengan cara mereklamasi pantai di sebelah timur, selatan, barat daya, dan sebagian di utara pulau Serangan<br />
<br />
Sebelum adanya proyek tersebut, Pulau Serangan dengan jelas masih terpisah dari pulau Bali. Sedangkan sejak adanya pengembangan, maka pulau Serangan telah betul-betul terhubung menjadi satu dengan pulau Bali. Maka secara fisik tidak hanya pulau Serangan yang mengalami perubahan, akan tetapi juga pulau Bali itu sendiri. Dari sisi dampak positif, maka hal ini nampak sangat positif, karena masyarakat desa setempat menjadi lebih mudah dalam melakukan kegiatan kepariwisataan atau kegiatan ekonomi lainnya melalui transportasi darat dimana waktu tempuh menuju daratan pulau Bali akan lebih cepat dan lebih mudah.<br />
<br />
Disamping dari sisi transportasi, dampak fisik dari pengembangan pulau Serangan adalah juga memberikan peluang kepada penduduk untuk memperluas areal pemukiman, prasarana pariwisata, areal lahan pariwisata pembangunan sarana keagamaan, dan mendukung pelestarian benda cagar budaya. Oleh karena pantai disekitar pulau Serangan adalah pantai yang pasang surut, maka pengurukan atau reklamasi pantai serangan yang dilakukan secara besar-besaran memberikan manfaat positif terhadap perluasan tempat tinggal. Hal ini terlihat dari dipindahkannya 23 KK penduduk yang berada di bagian selatan pulau<br />
<br />
Serangan selanjutnya menempati wilayah reklamasi di Banjar Dukuh dan Banjar Kawan. Demikian juga pada pembangunan prasarana pemerintahan khususnya tempat pembangunan Kantor Kepala Desa di Banjar Tengah, dengan pembangunan tersebut menyebabkan lahan pembangunan kantor Kepala Desa tersebut menjadi sangat layak dan lebih baik dari sebelumnya.Dilihat dari kepentingan pariwisata, sejak diadakannya reklamasi secara fisik di pulau Serangan telah memberikan peluang yang lebih luas dan nyaman untuk kegiatan pariwisata seperti untuk memancing, menyaksikan pelestarian penyu serta kegiatan wisata lainnya. Wayan Artana, salah seorang warga desa Serangan mengatakan bahwa dengan adanya pembangunan jalan yang menghubungkan Baypass Ngurah Rai dan pulau Serangan, kunjungan wisatawan nampak lebih banyak karena transport yang menuju desa Serangan lebih mudah dibandingkan dengan sebelum adanya pengembangan pembangunan prasarana pariwisata tersebut. Demikian juga dampaknya terhadap prasarana keagamaaan, dimana pengembangan pembangunan pulau Serangan memberi kontribusi positif terhadap prasana peribadatan berupa perluasan lahan parkir untuk persembahyangan, perluasan lahan untuk antre bagai pada pemedek (umat yang akan bersembahyang) saat piodalan atau hari keagamaan lainnya.<br />
<br />
Dengan semakin luasnya wilayah pulau Serangan maka secra positif bagi penduduk setempat merasa lebih nyaman untuk tinggal dan tidak merasa was-was dari kemungkinan terjadi bencana yang berasal dari laut. Daratan yang membentang luas seperti gurun yang masih kosong tanpa ada bangunan fisik, mengisyaratkan bahwa perluasan pulau serangan akan memberikan peluang bagi pembangunan dimasa mendatang, termasuk pembangunan dan pengembangan pariwisata.<br />
<br />
Selain dampak positif, dampak negatif yang ditimbulkan secara fisik dari pengembangan pulau Serangan juga bisa terlihat jelas yaitu terjadinya perubahan alur ombak laut pada pesisir pantai dikawasan selatan. Kalau mulanya atau sebelum pengembangan, ombak laut bisa meliuk melalui sela antara pulau Serangan dengan pulau Bali, maka sekarang tidak ada lagi liukan ombak sebagaimana sebelumnya, sehingga ombak laut berubah alur. Dengan perubahan ini, berakibat pada sisi-sisi daerah pesisir pantai lainnya terutama yang berjarak antara 1 sampai 10 mil laut dari pulau serangan. Secara jelas dapat dilihat adalah terjadinya kerusakan pada daerah pantai sekitar Sanur, bahkan sampai ke Padang Galak. Disamping itu juga terjadi dampak terhadap biota laut di sekitar pulau Serangan sebagai akibat menurunnya pasokan aliran air laut yang biasanya menggenangi secara normal terhadap biota laut tersebut.<br />
<br />
Dari sisi ekonomi dapat dilihat beberapa contoh positif dari dampak pengembangan pariwisata di desa Serangan, diantaranya; kehidupan masyarakat desa Serangan menjadi semakin maju karena akses munuju wilayah perkotaan menjadi semakin lancer. Masyarakat dapat secara langsung bepergian ke Denpasar melalui kendaraan darat seperti sepeda motor atau mobil, bahkan terkadang ada mobil angkutan umum yang bisa langsung mengantar masyarakat ke tujuannya dengan beban biaya yang ditimbulkan semakin murah. Dengan kondisi yang demikian maka kegiatan ekonomi masyarakat desa Serangan menjadi sangat lancar terutama dalam hal menyalurkan hasil-hasil produksi masyarakat desa. Beberapa dampak positif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat adalah adanya bermunculan café-café yang saat ini mencapai 25 buah. Adanya kegiatan pelestarian penyu yang secara ekonomis menghasilkan penangkaran ratusan penyu, sebagaimana yang dilakukan oleh Wayan Artana, salah seorang dari penduduk asli di desa Serangan.<br />
<br />
Disamping konservasi, penyu-penyu yang ditangkar juga sering digunakan untuk kebutuhan upacara agama baik bagi masyarakat Serangan sendiri maupun masyarakat dari luar desa Serangan. Dengan adanya usaha tersebut maka secara langsung dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desa di pulau Serangan. Selain, kegiatan ekonomi yang telah disebut diatas, di pulau serangan saat ini juga ada pembudi dayaan rumput laut, kegiatan nelayan yang kesemuanya dapat dengan lebih mudah dipasarkan ke luar wilayah pulau Serangan.<br />
<br />
Sisi ekonomi lainnya dari pengaruh pengembangan pulau Serangan adalah adanya pemasukan keuangan sebagai kas desa. Pemasukan keuangan terutama berasal dari dana karcis masuk yang dikenakan kepada setiap orang yang memasuki pulau Serangan dengan tarip Rp.1000,- bagi pengendara sepeda motor dan Rp. 2000,- bagi pengendara mobil Pemasukan dari karcis masuk tersebut cukup besar, dimana dananya digunakan untuk menunjang pembangunan desa dan keperluan pemeliharaan sarana-dan prasarana peribadatan yang ada di desa Serangan.<br />
<br />
Dari peningkatan ekonomi masyarakat desa Serangan berakibat pada meningkatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat pulau Serangan untuk melakukan kegiatan keagamaan. Secara komunal bisa dilihat dengan semakin semaraknya masyarakat untuk melakukan kegiatan keagamaan yang bahkan bisa melakukan kegiatan tersebut hingga pada tingkat utama. Disamping itu juga bisa dilihat dari semakin trampilnya masyarakat desa Serangan dalam bidang penguasaan bahasa internasional, komunikasi internasional, melakukan bisnis pada tingkat internasional, serta melakukan pertukaran budaya di tingkat internasional<br />
<br />
Beberapa contoh diatas telah cukup memberi gambaran yang positif terhadap dampak positif yang ditimbulkan oleh perkembangan pariwisata di desa Serangan.. Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa pariwisata dapat memberikan nilai ekonomi yang sangat besar kepada masyarakat desa Serangan. Dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisata ke Bali, maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat desa Serangan, dan pasti semakin besar pula keuntungan ekonomi yang di raih oleh masyarakat desa tersebut.<br />
<br />
Selain dampak fisik, ekonomi yang telah dipaparkan diatas, maka tidak dapat dihindarkan pula adanya dampak sosial budaya yang timbul sebagai akibat pengembangan obyek wisata pulau Serangan . Jika dilihat desa Serangan sebelum dikembangan sebagaimana telah diuraikan di atas, maka nampak seperti terisolir oleh batasan laut. Hal ini sangat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat setempat. Setelah adanya pengembangan maka banyak dampak yang secara sosial budaya baik positif maupun negatif yang muncul.<br />
Secara negatif, dengan kondisi seperti sekarang maka beberapa dari masyarakat desa Serangan merasa terangkat secara ekonomi, maka trend kehidupan glamour juga mengikuti. Sebagai contoh, banyak bisa dilihat anggota masyarakat yang menggunakan aksesoris yang secara sisial budaya tidak mencerminkan keaslian dari masyarakat setempat. Adanya peningkatan arogansi komunal yang dicerminkan dengan pemungutan biaya masuk melalui pintu masuk desa Serangan terhadap masyaratkan yang berasal dari luar desa Serangan.<br />
<br />
Pengenaan biaya masuk ini di satu pihak berdampak positif sebagaimana diuraikan di atas, tetapi dipihak lain seakan-akan merasa terlalu komersial, padahal wilayah desa Serangan juga merupakan wilayah Bali secara utuh. Hal ini nampak kurang memperhatikan pertimbangan sosial, karena untuk masuk ke pulau Serangan setiap orang dianggap sebagai wisatawan, tidak dibedakan seseorang sebagai wisatawan dan sebagai masyarakat Bali. Semestinya karcis masuk tersebut dilakukan pemilahan biaya karcis dimana masyarakat Bali tidak semestinya dikenakan karcis sebagaimana yang berlakum saat ini. Dari sisi ini terlihat nuansa pengembangan pulau Serangan memiliki kesan negatif bagi masyarakat Bali sendiri.<br />
<br />
Secara positif, masyarakat desa serangan menjadi lebih maju. Hal ini bisa dibuktikan dengan telah mulai adanya sejumlah masyarakat yang termotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang sarjana bahkan belakangan sampai jenjang pasca sarjana, demikian juga terhadap kehidupan politik masyarakat dimana tokoh-tokoh politik juga telah mulai muncul dari pulau Serangan . Nilai sosial budaya yang muncul dari perkembangan obyek wisata serangan adalah sebagai pemicu masyarakat ingin bergerak lebih maju. Contoh lain dari sisi sosial budaya yang secara positif dari hal ini adalah bahwa masyarakat desa Serangan telah tergerak secara positif untuk ikut bersaing di dunia yang semakin moderen.<br />
<br />
Budaya masyarakat yang awalnya mengandalkan hasil dari potensi laut telah berubah pada beberapa potensi lainnya seperti pengoptimalan sarana-sarana kegiatan olah raga laut (water sport) dan kegiatan ekonomi perdagangan lainnya.<br />
<br />
<br />
Sumber :<br />
<a href="http://emperordeva.wordpress.com/about/bahan-makalah-bali-tourism-watch-dampak-pariwisata-terhadap-kehidupan-masyarakat-desa-serangan/">http://emperordeva.wordpress.com/about/bahan-makalah-bali-tourism-watch-dampak-pariwisata-terhadap-kehidupan-masyarakat-desa-serangan/</a>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5785546717554803525.post-68464278990455892572011-12-28T04:12:00.000-08:002011-12-28T04:12:24.607-08:00Kisah Si Bugis di Tanah Serangan : Indahnya Semangat MultikulturOleh : Ni Putu Eka Apsari Yuniari <br />
<br />
Hari itu, penulis sedang browsing terkait kampung Bugis yang terletak di pulau sebelah selatan pulau Bali, yakni pulau Serangan. Hasil browsing muncul sebuah gambar tepatnya plang nama kuburan kampung Bugis. Memang sepintas tidak ada yang istimewa dari gambar plang tersebut. Namun setelah diperbesar, muncullah hal yang istimewa. Kampung bugis notabene adalah kampung Islam, otomatis kuburannya pun kuburan bagi umat Islam. Uniknya penulisan plang nama kuburan Kampung Bugis itu disertai dengan aksara Bali. Bahkan disebutkan di situ adalah : “Setra Bugis” baru diikuti dibawahnya dengan kalimat : “Kuburan Bugis”.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Melihat hal itu penulis berdiam sejenak dan meraba – raba: Adakah hubungan multikultur yang baik antara umat Islam Kampung Bugis dan umat Hindu Bali di pulau Serangan. Dimana lagi ada plang nama kuburan Islam yang ditulis dengan aksara Bali ? Hal ini semakin membuat penulis berpikir, bagaimana bisa timbul begitu eratnya hubungan antara umat Islam Kampung Bugis dan umat Hindu Bali di pulau Serangan ? Mengapa hal itu dapat dipertahankan sedemikian rupa tanpa tergoyahkan oleh perubahan sikap masyarakat Bali terhadap agama tertentu akibat aksi terorisme yang terjadi ?<br />
<br />
Keeratan hubungan antara umat Hindu Bali dengan umat Islam Kampung Bugis di pulau Serangan dilatarbelakangi oleh sebuah sejarah beratus – ratus tahun lalu. Sejarah kampung Bugis berawal dari sekelompok nelayan Bugis yang terombang – ambing di lautan pada abad ke XVII. Ditengah rasa putus asa, mereka melihat sebuah pulau kecil yakni pulau Serangan dan akhirnya memutuskan untuk berlabuh di pulau tersebut. Akhirnya para nelayan Bugis yang berjumlah 40 orang itu tinggal sementara di daerah yang saat itu dikuasai oleh Cokorda Pemecutan III. <br />
<br />
Mendengar kedatangan nelayan yang tidak dikenal, Cokorda Pemecutan III mengirim utusannya untuk menjemput nelayan tersebut. Menurut peraturan, bagi siapapun yang menginjakkan kaki di bumi Serangan, harus menghadap kepada Raja, yakni Raja Badung. Maka nelayan Bugis yang dipimpin oleh Syekh Haji Mumin itupun menghadap Raja Badung dan kedatangan mereka diterima secara baik oleh Raja Badung.<br />
<br />
Disaat kedatangan etnis Bugis di Serangan, bersamaan itupula Kerajaan Badung tengah berperang dengan Kerajaan Mengwi. Karena kewalahan menghadapi pasukan kerajaan Mengwi, Raja Badung memutuskan untuk meminta bantuan kepada nelayan kampung Bugis. Mengingat bahwa tipikal masyarakat Bugis yang kuat Raja Badung merasa tidak ragu lagi. Apalagi didukung oleh rasa tanggung jawab dari para nelayan Bugis, dimana mereka berprinsip dimanapun mereka menginjakkan kaki bahkan tinggal atau hidup di daerah tersebut. Mereka juga memiliki tanggung jawab untuk membela serta membantu daerah tersebut apabila dalam masalah.<br />
<br />
Dengan tekad yang kuat serta memikul tanggung jawab yang besar , akhirnya keempat puluh nelayan Bugis tersebut ikut berperang dengan bersenjatakan badik (pisau kecil). Tak salah kemenangan jatuh dipihak Raja Badung. Atas jasa para nelayan Bugis, Raja Badung memberikan wilayah bagi nelayan Bugis untuk tinggal. Raja Badung mengetahui bahwa para nelayan Bugis memiliki keahlian di bidang pelayaran dan niaga . Oleh karenanya Syekh Haji Mumin beserta pengikutnya diberikan lahan di bagian selatan Pulau Serangan. Semenjak itu hubungan antara nelayan Bugis yang mayoritas beragama Islam semakin erat dengan Kerajaan Badung yang beragama Hindu. Bahkan para nelayan Bugis dipercaya oleh Raja Badung untuk menjadi penghubung pelayaran. Para nelayan Bugis pula yang mengajarkan para penduduk Serangan tentang cara – cara berlayar. <br />
<br />
Nelayan – nelayan Bugis yang hidup disebelah selatan Pulau Serangan akhirnya semakin berkembang. Kampung seluas 2,5 hektar ini , yang semula hanya berjumlah 40 orang kini dihuni oleh 70 kepala keluarga serta sekitar 280 warga muslim. Kehidupan mereka dikeliling perkampungan Hindu, dengan sejumlah pura salah satunya Pura Sad Kahyangan , Pura Serangan.<br />
<br />
Kendati awalnya mereka memiliki hubungan baik dengan kerajaan Badung dan masyarakat hindu Bali disekitarnya pada saat itu, namun tidak menjamin saat ini para penghuni kampung Bugis tidak dihadapi oleh persoalan pelik. Perubahan karakter masyarakat Bali. Masyarakat Bali awalnya adalah masyarakat yang tidak menjunjung paham fanatism , selalu terbuka dengan siapa saja, ramah, dan cinta damai berubah sangat drastis. Ingat saja, ketika Megawati gagal menjadi presiden di tahun 1999, para pendukungnya mengamuk dan membakar gedung. Lantas, kawasan Kuta rusuh setelah terjadi pertengkaran antara pedagang pendatang dan penduduk asli serta rusuh oleh pembangunan hotel di sekitar kawasan suci di Nusa Dua. <br />
<br />
Sikap tenget1 masyarakat Bali kembali berkobar saat Bali selama dua kali ditimpa bom. Tragedi terror pertama yakni dikenal dengan “Bom Bali I” terjadi pada 12 Oktober 2002. Saat itu menewaskan 202 warga lokal dan asing. Belum puas dengan aksi yang pertama, aksi terorisme kedua pun dilancarkan. Saat itu bom meledak di tiga titik , yakni Kuta dan dua lokasi di Jimbaran. Aksi pengeboman saat itu sukses mewaskan 23 orang dan 196 lainnya luka – luka. Adanya aksi teror terhadap gumi Bali inilah membuat masyarakat Bali yang sudah panas semakin “ngrodok basangne”2. <br />
<br />
Peristiwa itulah yang memprovokasi timbulnya rasa curiga dan terjadinya konflik antar agama di tengah masyarakat Bali yang multikultural mengingat pelaku – pelaku perusak Bali adalah non-Hindu. Sepertihalnya pembangunan TK Qhodijah salah satu TK Islam di Pekamblingan dan Sesetan. Awalnya TK ini didirikan dia daerah Pekamblingan, namun setelah 99 % bangunan berdiri justru dihentikan pembangunannya oleh penduduk sekitar (mayoritas Hindu). Kemudian dipindahkan ke daerah Sesetan. Saat siswa sudah siap mendaftar, justru digagalkan kembali oleh masyarakat sekitarnya sehingga proses pendaftaran dibatalkan. Hingga saat ini bangunan TK Qhodijah tidak dipergunakan lagi. Hal ini dipicu oleh rasa curiga masyarakat Hindu Bali di daerah sekitar itu. Mereka berasumsi pembangunan TK akan berujung pada pembangunan masjid sehingga dapat mengganggu kenyamanan penduduk sekitar yang mayoritas beragama Hindu.<br />
<br />
Konflik sosial agama seperti itu tidak hanya terjadi di daerah Pekambingan dan Sesetan. Pembangunan Masjid Darul Huda di Jalan Letda Made Putra, pembangunan Musalah Safia di Jalan Belimbing serta Pembangunan Musolah di Banjar Kaliungu Kaja adalah contoh – contoh timbulnya sikap fanatisme umat Hindu terhadap umat agama tertentu. <br />
<br />
Fanatisme ini pun juga berimbas kepada kampung Bugis Serangan. Meskipun mereka memiliki hubungan baik dengan umat Hindu, kampung ini tidak luput dari rasa curiga masyarakat Hindu sekitar akan aksi terorisme. Soalnya kampung ini adalah kampung yang mayoritas penduduknya beragama Islam. <br />
<br />
Tapi bagaimana bisa rasa curiga itu tidak sampai menimbulkan konflik yang berlebihan antara dua agama yang berbeda tersebut? Jawabannya : pengimplementasian nilai – nilai sejarah antara keberadaan Kampung Bugis. <br />
<br />
Adanya sejarah yang membentuk kampung Bugis di Pulau Serangan , sejarah bagaimana nelayan kampung Bugis dapat memiliki ikatan erat dengan Kerajaan Badung tentu mengandung nilai – nilai penting yang mengakibatkan hal tersebut dapat terjadi. Adanya nilai kepahlawanan dalam sejarah keberadaan kampung Bugis dapat dilihat pada saat para nelayan Bugis yang membantu Kerajaan Badung melawan Kerajaan Mengwi. Mereka memiliki prinsip dimana kaki mereka berpijak , mereka harus turut membantu tempat tersebut apabila dalam masalah.dari hak tersebut membuktikan bahwa masayarakat Islam Bugis peduli terhadap persoalan ditempat mereka tinggal. Sehingga sangat tidak etis apabila mereka merusak daerah tempat mereka tinggal karena itu akan melanggar prinsip hidup yang mereka junjung. <br />
<br />
Selain rasa patriotisme yang tinngi, adanya nilai keterbukaan oleh warga kampung Bugis dapat dijadikan dasar bagi mereka dalam mengatasi konflik sosial agama yang marak terjadi. Kedatangan Syekh Haji Mumin dan puluhan pengikutnya dapat diterima baik dan terbuka oleh Raja Badung. Mengingat bahwa dahulu mereka begitu disanjung dan diterima oleh masyarakat Hindu Bali sekitar, maka dari itu rasa terbuka yang dilakukan oleh Raja Badung saat itu mereka terapkan sampai saat ini dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Apalagi di tengah maraknya rasa curiga masyarakat Hindu Bali terhadap penduduk kampung Bugis. Dengan adanya keterbukaan masyarakat kampung Bugis dengan masyarakat Hindu disekitarnya melalui interaksi sosial yang baik dapat meredam rasa curiga yang ada.<br />
<br />
Sejarah akan adanya nilai sosial juga tak kalah penting. Atas jasa para nelayan Bugis yang membantu Kerajaan Badung dalam melawan Kerajaan Mengwi, Raja Badung memberikan wilayah untuk mereka tinggal serta kepercayaan dalam menjalankan roda pelayaran. Hal ini membentuk rasa timbal balik antara Kerajaan Badung dengan nelayan Bugis sehingga menimbulkan hubungan yang erat. Mengingat bahwa sejak dahulu sudah tumbuh harmonisasi kehidupan multikultur yang saling bahu membahu antara masyarakat Bugis dan masyarakat Hindu Bali, sangat disayangkan apabila hubungan itu dirusak begitu saja dengan rasa fanatisme berlebihan dan tindak anarkis.<br />
<br />
Beginilah cara masyarakat Bugis dalam mengatasi persoalan konflik agama yang terjadi di sekitar kehidupan mereka. Saling menjaga daerah yang ditempati bersama. Saling terbuka dan menumbuhkan sikap toleransi beragama dalam masyarakat yang dapat membangun rasa percaya dan saling mengerti meskipun dilingkungan tersebut terdiri dari agama yang berbeda. Adanya interaksi sosial yang baik antara masyarakat yang berbeda agama dan sikap saling membantu antar satu dengan yang lainnya semakin mengharmonisasi hubungan antara masyarakat Islam Bugis dengan masyarakat Hindu Bali.<br />
<br />
Akhirnya, kini penulis mengerti mengapa plang nama Kuburan Bugis tersebut ditulis sedemikian rupa. Karena adanya sikap toleransi yang tinggi antara umat Hindu Bali dan Kampung Bugis di pulau Serangan. Itulah indahnya semangat multikultur.<br />
<br />
<br />
Sumber :<br />
<a href="http://madyapadma-online.com/index.php?option=com_content&view=article&id=206:kisah-si-bugis-di-tanah-serangan-indahnya-semangat-multikultur&catid=34:tajuk">http://madyapadma-online.com/index.php?option=com_content&view=article&id=206:kisah-si-bugis-di-tanah-serangan-indahnya-semangat-multikultur&catid=34:tajuk</a>Dinamis Bloghttp://www.blogger.com/profile/01501715924940838853noreply@blogger.com0