Rabu, 28 Desember 2011

Dampak Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Desa Serangan

Oleh: I Nengah Subadra

Dengan memperhatikan sederetan dari pendekatan teoritis tentang dampak dari kegiatan pariwisata, khususnya yang didasari atas tinjauan perencanaan dan beberapa disiplin lainnya, dimana pembahasan dampak yang meliputi dampak fisik, ekonomi dan sosial budaya maka perlu dilihat implementasi dari teori tersebut di suatu daerah tujuan wisata yang ada di Bali yaitu di desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar.


Bali yang menjadi barometer pariwisata Indonesia tidak pernah luput dari dinamika sebagai bagian yang harus dihadapi sebagai kenyataan. munculnya mekanisme pengendalian perkembangan pariwisata yang lebih rapid an berencana sebagaimana yang dikenal dengan Sceto Plan yang awalnya ingin menempatkan atau memposisikan pariwisata Bali dengan antisipasi secara baik terhadap beberapa dampak yang memungkinkan terjadi di masa mendatang. Model Sceto Plan ini terbukti dapat menekan kesemerawutan perkembangan pariwisata Bali, khususnya pada wilayah yang direncanakan dalam model tersebut.

Desa Serangan sebagai salah satu obyek pariwisata di Bali tak luput dari perhatian banyak pihak terutama yang berniat untuk mengembangkan pariwisata dengan melihat potensi yang dimiliki desa Serangan. Jika dilihat secara fisik, sebelum adanya proyek pengembangan pulau Serangan, luas keseluruhan pulau serangan adalah seluas awalnya adalah 112 hektar Sejak adanya proyek pengembangan pulau Serangan oleh PT. Bali Turtle Island Development (BTID) maka ada perubahan yang sangat jelas yang terjadi pada bentuk pulau Serangan tersebut Hal ini disebabkan adanya penambahan luas daratan melalui reklamasi sebanyak 379 hektar sehingga luas seluruhnya setelah direklamasi menjadi 491 hektar (Lemlit Unud, 1995). Proyek yang dibangun dengan mega proyek dan investasi yang menelan biaya ratusan milyard tersebut telah merubah wajah pulau kecil tersebut dengan cara mereklamasi pantai di sebelah timur, selatan, barat daya, dan sebagian di utara pulau Serangan

Sebelum adanya proyek tersebut, Pulau Serangan dengan jelas masih terpisah dari pulau Bali. Sedangkan sejak adanya pengembangan, maka pulau Serangan telah betul-betul terhubung menjadi satu dengan pulau Bali. Maka secara fisik tidak hanya pulau Serangan yang mengalami perubahan, akan tetapi juga pulau Bali itu sendiri. Dari sisi dampak positif, maka hal ini nampak sangat positif, karena masyarakat desa setempat menjadi lebih mudah dalam melakukan kegiatan kepariwisataan atau kegiatan ekonomi lainnya melalui transportasi darat dimana waktu tempuh menuju daratan pulau Bali akan lebih cepat dan lebih mudah.

Disamping dari sisi transportasi, dampak fisik dari pengembangan pulau Serangan adalah juga memberikan peluang kepada penduduk untuk memperluas areal pemukiman, prasarana pariwisata, areal lahan pariwisata pembangunan sarana keagamaan, dan mendukung pelestarian benda cagar budaya. Oleh karena pantai disekitar pulau Serangan adalah pantai yang pasang surut, maka pengurukan atau reklamasi pantai serangan yang dilakukan secara besar-besaran memberikan manfaat positif terhadap perluasan tempat tinggal. Hal ini terlihat dari dipindahkannya 23 KK penduduk yang berada di bagian selatan pulau

Serangan selanjutnya menempati wilayah reklamasi di Banjar Dukuh dan Banjar Kawan. Demikian juga pada pembangunan prasarana pemerintahan khususnya tempat pembangunan Kantor Kepala Desa di Banjar Tengah, dengan pembangunan tersebut menyebabkan lahan pembangunan kantor Kepala Desa tersebut menjadi sangat layak dan lebih baik dari sebelumnya.Dilihat dari kepentingan pariwisata, sejak diadakannya reklamasi secara fisik di pulau Serangan telah memberikan peluang yang lebih luas dan nyaman untuk kegiatan pariwisata seperti untuk memancing, menyaksikan pelestarian penyu serta kegiatan wisata lainnya. Wayan Artana, salah seorang warga desa Serangan mengatakan bahwa dengan adanya pembangunan jalan yang menghubungkan Baypass Ngurah Rai dan pulau Serangan, kunjungan wisatawan nampak lebih banyak karena transport yang menuju desa Serangan lebih mudah dibandingkan dengan sebelum adanya pengembangan pembangunan prasarana pariwisata tersebut. Demikian juga dampaknya terhadap prasarana keagamaaan, dimana pengembangan pembangunan pulau Serangan memberi kontribusi positif terhadap prasana peribadatan berupa perluasan lahan parkir untuk persembahyangan, perluasan lahan untuk antre bagai pada pemedek (umat yang akan bersembahyang) saat piodalan atau hari keagamaan lainnya.

Dengan semakin luasnya wilayah pulau Serangan maka secra positif bagi penduduk setempat merasa lebih nyaman untuk tinggal dan tidak merasa was-was dari kemungkinan terjadi bencana yang berasal dari laut. Daratan yang membentang luas seperti gurun yang masih kosong tanpa ada bangunan fisik, mengisyaratkan bahwa perluasan pulau serangan akan memberikan peluang bagi pembangunan dimasa mendatang, termasuk pembangunan dan pengembangan pariwisata.

Selain dampak positif, dampak negatif yang ditimbulkan secara fisik dari pengembangan pulau Serangan juga bisa terlihat jelas yaitu terjadinya perubahan alur ombak laut pada pesisir pantai dikawasan selatan. Kalau mulanya atau sebelum pengembangan, ombak laut bisa meliuk melalui sela antara pulau Serangan dengan pulau Bali, maka sekarang tidak ada lagi liukan ombak sebagaimana sebelumnya, sehingga ombak laut berubah alur. Dengan perubahan ini, berakibat pada sisi-sisi daerah pesisir pantai lainnya terutama yang berjarak antara 1 sampai 10 mil laut dari pulau serangan. Secara jelas dapat dilihat adalah terjadinya kerusakan pada daerah pantai sekitar Sanur, bahkan sampai ke Padang Galak. Disamping itu juga terjadi dampak terhadap biota laut di sekitar pulau Serangan sebagai akibat menurunnya pasokan aliran air laut yang biasanya menggenangi secara normal terhadap biota laut tersebut.

Dari sisi ekonomi dapat dilihat beberapa contoh positif dari dampak pengembangan pariwisata di desa Serangan, diantaranya; kehidupan masyarakat desa Serangan menjadi semakin maju karena akses munuju wilayah perkotaan menjadi semakin lancer. Masyarakat dapat secara langsung bepergian ke Denpasar melalui kendaraan darat seperti sepeda motor atau mobil, bahkan terkadang ada mobil angkutan umum yang bisa langsung mengantar masyarakat ke tujuannya dengan beban biaya yang ditimbulkan semakin murah. Dengan kondisi yang demikian maka kegiatan ekonomi masyarakat desa Serangan menjadi sangat lancar terutama dalam hal menyalurkan hasil-hasil produksi masyarakat desa. Beberapa dampak positif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat adalah adanya bermunculan café-café yang saat ini mencapai 25 buah. Adanya kegiatan pelestarian penyu yang secara ekonomis menghasilkan penangkaran ratusan penyu, sebagaimana yang dilakukan oleh Wayan Artana, salah seorang dari penduduk asli di desa Serangan.

Disamping konservasi, penyu-penyu yang ditangkar juga sering digunakan untuk kebutuhan upacara agama baik bagi masyarakat Serangan sendiri maupun masyarakat dari luar desa Serangan. Dengan adanya usaha tersebut maka secara langsung dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desa di pulau Serangan. Selain, kegiatan ekonomi yang telah disebut diatas, di pulau serangan saat ini juga ada pembudi dayaan rumput laut, kegiatan nelayan yang kesemuanya dapat dengan lebih mudah dipasarkan ke luar wilayah pulau Serangan.

Sisi ekonomi lainnya dari pengaruh pengembangan pulau Serangan adalah adanya pemasukan keuangan sebagai kas desa. Pemasukan keuangan terutama berasal dari dana karcis masuk yang dikenakan kepada setiap orang yang memasuki pulau Serangan dengan tarip Rp.1000,- bagi pengendara sepeda motor dan Rp. 2000,- bagi pengendara mobil Pemasukan dari karcis masuk tersebut cukup besar, dimana dananya digunakan untuk menunjang pembangunan desa dan keperluan pemeliharaan sarana-dan prasarana peribadatan yang ada di desa Serangan.

Dari peningkatan ekonomi masyarakat desa Serangan berakibat pada meningkatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat pulau Serangan untuk melakukan kegiatan keagamaan. Secara komunal bisa dilihat dengan semakin semaraknya masyarakat untuk melakukan kegiatan keagamaan yang bahkan bisa melakukan kegiatan tersebut hingga pada tingkat utama. Disamping itu juga bisa dilihat dari semakin trampilnya masyarakat desa Serangan dalam bidang penguasaan bahasa internasional, komunikasi internasional, melakukan bisnis pada tingkat internasional, serta melakukan pertukaran budaya di tingkat internasional

Beberapa contoh diatas telah cukup memberi gambaran yang positif terhadap dampak positif yang ditimbulkan oleh perkembangan pariwisata di desa Serangan.. Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa pariwisata dapat memberikan nilai ekonomi yang sangat besar kepada masyarakat desa Serangan. Dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisata ke Bali, maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat desa Serangan, dan pasti semakin besar pula keuntungan ekonomi yang di raih oleh masyarakat desa tersebut.

Selain dampak fisik, ekonomi yang telah dipaparkan diatas, maka tidak dapat dihindarkan pula adanya dampak sosial budaya yang timbul sebagai akibat pengembangan obyek wisata pulau Serangan . Jika dilihat desa Serangan sebelum dikembangan sebagaimana telah diuraikan di atas, maka nampak seperti terisolir oleh batasan laut. Hal ini sangat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat setempat. Setelah adanya pengembangan maka banyak dampak yang secara sosial budaya baik positif maupun negatif yang muncul.
Secara negatif, dengan kondisi seperti sekarang maka beberapa dari masyarakat desa Serangan merasa terangkat secara ekonomi, maka trend kehidupan glamour juga mengikuti. Sebagai contoh, banyak bisa dilihat anggota masyarakat yang menggunakan aksesoris yang secara sisial budaya tidak mencerminkan keaslian dari masyarakat setempat. Adanya peningkatan arogansi komunal yang dicerminkan dengan pemungutan biaya masuk melalui pintu masuk desa Serangan terhadap masyaratkan yang berasal dari luar desa Serangan.

Pengenaan biaya masuk ini di satu pihak berdampak positif sebagaimana diuraikan di atas, tetapi dipihak lain seakan-akan merasa terlalu komersial, padahal wilayah desa Serangan juga merupakan wilayah Bali secara utuh. Hal ini nampak kurang memperhatikan pertimbangan sosial, karena untuk masuk ke pulau Serangan setiap orang dianggap sebagai wisatawan, tidak dibedakan seseorang sebagai wisatawan dan sebagai masyarakat Bali. Semestinya karcis masuk tersebut dilakukan pemilahan biaya karcis dimana masyarakat Bali tidak semestinya dikenakan karcis sebagaimana yang berlakum saat ini. Dari sisi ini terlihat nuansa pengembangan pulau Serangan memiliki kesan negatif bagi masyarakat Bali sendiri.

Secara positif, masyarakat desa serangan menjadi lebih maju. Hal ini bisa dibuktikan dengan telah mulai adanya sejumlah masyarakat yang termotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang sarjana bahkan belakangan sampai jenjang pasca sarjana, demikian juga terhadap kehidupan politik masyarakat dimana tokoh-tokoh politik juga telah mulai muncul dari pulau Serangan . Nilai sosial budaya yang muncul dari perkembangan obyek wisata serangan adalah sebagai pemicu masyarakat ingin bergerak lebih maju. Contoh lain dari sisi sosial budaya yang secara positif dari hal ini adalah bahwa masyarakat desa Serangan telah tergerak secara positif untuk ikut bersaing di dunia yang semakin moderen.

Budaya masyarakat yang awalnya mengandalkan hasil dari potensi laut telah berubah pada beberapa potensi lainnya seperti pengoptimalan sarana-sarana kegiatan olah raga laut (water sport) dan kegiatan ekonomi perdagangan lainnya.


Sumber :
http://emperordeva.wordpress.com/about/bahan-makalah-bali-tourism-watch-dampak-pariwisata-terhadap-kehidupan-masyarakat-desa-serangan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar